Archive for 05/20/18
CATATAN CINTA DARI AQILA
(Antara Asa Rasa, Masa Dan Kasta)
Goebahan : Ibnu Bakry
PART II
Sudah
jatuh ketiban tangga mungkin itu pepatah yang tepat untuk menggambarkan
suasana hati ku saat ini, sejak petang
tadi aku mengurung diri larut dalam kepedihan yang kualamai setalah mendengar
kabar sesorang yang sebelumnya mampu mengisi hari-hariku dan penyemangat
kerjaku
Tepat
pada waktu itu juga cuaca sejak sore hujan gerimis disertai gelegar halilintar
bergemuruh membuatku semakin hanyut dalam kesedihan
Tak
terasa bulir-bulir bening menetes dari mataku, sakit memang mendengar kabar
pernikahan mu
masa
– masa indah yang pernah kulewati bersamanya selalu terbayang dalam benakku,
membuat dadaku semakin sesak, dalam lirihku mengeluh, tuhan kenapa kau hadirkan
dia untuk meninggalkanku
Susah
sekali rasanya memejamkan mata, wajahnya selalu menghantuiku untuk tetap
terjaga dalam kesedihanku, ingin rasanya aku menangis sekencang-kencangnya melepaskan
beban rasa ini. Namun hati kecilku berusaha menahanku, aku laki-laki tidak
boleh cengeng
aku
tidak bisa berbuat apa-apa lagi, berusaha ku tahan agar airmata ini tidak
mengalir,namun pergelutan bathin mematahkan pertahananku membuatku tak berdaya
sehingga air mata ini menetes.
Ku
akui ini pertama kalinya aku menangis, kebahagiaan yang kau berikan tak ku sangka semu, kehadiranmu hanya
fatamorgana dalam hidupku.
Sesakit
inikah mencintaimu, kau buat aku melayang-layang tinggi hingga aku lupa bahwa
kau tak mampu menangkapku kembali.
Ini
bukanlah pertama kalinya aku menjalani sebuah hubungan, tapi tidak pernah
sedalam ini sehingga sakit yang kuderita karena kepergianmu membuatku
menderita.
Kurebahkan
badanku berusaha melupakan semua tentangmu, akan tetapi bayang-bayangmu tak jua
sirna dalam fikiranku.
Ku
coba bangkit kembali dari keterpurukan ini, hati dan fikiranku ku terus
berontak meronta-ronta menahan perihnya luka yang kau beri.
Sulit
sekali rasanya mengembalikan keadaan seperti semula, sehingga aku tak mampu
menikmati setiap pergerakan yang kulakukan, ruang geraku terasa sempit oleh
rasa sakit ini.
Tak
terasa jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi namun rasa kantuk ini belum juga
menghampiri. Karena Jiwaku masih diselimuti lara.
Kubangkit
kembali dari tempat tidurku menuju meja kamar dekat jendela, ku hidupkan
sebatang rokok mencoba meringankan dukaku, kuhisap dalam-dalam setiap asap yang
kuhirup, dan ku coba hembuskan keluar berserta kepedihan ini.
(BERSAMBUNG............)