Showing posts with label puisi. Show all posts
( Ibnu Bakry )
Oh.. Pemilik hati.
Jiwa ini q haturkan.
Sebagai wujud pengorbanan.
Rasa ini kupasrahkan.
Membangun asa dalam angan.
Jiwa ini q haturkan.
Sebagai wujud pengorbanan.
Rasa ini kupasrahkan.
Membangun asa dalam angan.
Kebahagiaan bersama ku rindukan.
Diatas sajadah Ku utarakan.
Semoga bersambut terkabulkan.
Membangun indahnya Harapan.
Diatas sajadah Ku utarakan.
Semoga bersambut terkabulkan.
Membangun indahnya Harapan.
Hati berbisik ingin berkata.
Mulut terbungkam tak berbicara.
Jiwa sudah tak mampu membendungnya
Meluapkan gejolak perlawanan.
Mulut terbungkam tak berbicara.
Jiwa sudah tak mampu membendungnya
Meluapkan gejolak perlawanan.
Masih...
Bersembunyi dari ketakutan.
Mengemis minta pertolongan.
Penjagaan dan kekuatan.
Bersembunyi dari ketakutan.
Mengemis minta pertolongan.
Penjagaan dan kekuatan.
apalah Daya dan kekuasaan.
Tanpa kekuatan.
Pertolongan.
Hanya menunjukkan kelemahan
sayangnya Hati tak bertuan.
Tanpa kekuatan.
Pertolongan.
Hanya menunjukkan kelemahan
sayangnya Hati tak bertuan.
Entah ..
Aku tak tahu
dengan apa aku menyebutnya.
kenanangan manis ataukah
tragedi kelam.
ketika hasrat dan rasa berpacu.
ketika bahagia dan haru melebur menjadi satu.
membuat desiran darah di seluruh nadi
mengalir lebih deras.
sehingga membuat adrenalin ku menjadi dilema.
keberanian dan ketakutan yag kurasa seolah tak berbeda.
Aku butuh Nuraniku...
Aku tak tahu
dengan apa aku menyebutnya.
kenanangan manis ataukah
tragedi kelam.
ketika hasrat dan rasa berpacu.
ketika bahagia dan haru melebur menjadi satu.
membuat desiran darah di seluruh nadi
mengalir lebih deras.
sehingga membuat adrenalin ku menjadi dilema.
keberanian dan ketakutan yag kurasa seolah tak berbeda.
Aku butuh Nuraniku...
#coretanMakna @Ibnu Bakry
|
Mawar di Pagi Hari |
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika menyambut kehadiran sang fajar
rupa menawan menebar keharuman
indah mempesona
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika sang surya memnampakkan diri tuk mengawali hari
mengharum semerbak di seluruh taman
damailah rasa
Duhai mawar
akankah kuntummu tetap mekar
ketika rasa ini mngehendaki di esok hari
ingin mencium keharumanmu lagi
segarlah sepanjang masa
PujanggA
kuntummu telah mekar
ketika menyambut kehadiran sang fajar
rupa menawan menebar keharuman
indah mempesona
Duhai mawar
kuntummu telah mekar
ketika sang surya memnampakkan diri tuk mengawali hari
mengharum semerbak di seluruh taman
damailah rasa
Duhai mawar
akankah kuntummu tetap mekar
ketika rasa ini mngehendaki di esok hari
ingin mencium keharumanmu lagi
segarlah sepanjang masa
PujanggA
sumber Bunga Rampai IV
|
Raih Cita Bersama Mentari |
Langit senja mulai temaram
siang berakhir digantikan malam
dengan segala hiasannya
di angkasa
menerangi bumi
Keping kenangan di masa lalu
dari sebuah kegagalan berakhir kekecewaan
bukanlah benih putus asa
di esok dan lusa
bersama mentari baru
Rembulan berkawan bintang
hapuskan keraguan
dari sebuah asa pengharapan
Bergema do'a
jalan terbuka
tergapai segala cita
PujanggA
sumber Bunga Rampai IV
|
Hati Tak Bertuan |
Ayunan kaki melangkah tanpa tujuan
Menyusuri jalan tanpa kepastian
Berlari
Berhenti
Tak menentu
Mata-mata yang hampir buta
Memandang suram
Terbuka
Terpejam
Meski tak mengerti
Lidah-lidah yang hampir kaku
Berkata tanpa ragu
Berucap
Terdiam
Seakan tahu segalanya
Telinga-telinga yang hampir tuli
Mendengar tiap hari
Segala suara
Tanpa batas
Namun tak berbekas
Langkah-langkah tanpa tujuan
Mata-mata yang memandang kegelapan
Lidah-lidah yang beruap tanpa perasaan
Telinga-telinga yang mendengar dalam ketulian
Dari hati tak bertuan
PujanggA
sumber Bunga Rampai IV
|
|
Setiap langkah kakiku
Melewati jalan berdebu
Yang tertiup angin
Dan melekat
Di kakiku, di tanganku, di tubuhku
Setiap pandangan mataku
Menatap alam berdebu
Yang mengelilingi tubuhku
Dan mengotori
Rambutku, kulitku, pakaianku
Setiap perjalanan waktuku
Dipenuhi masa berdebu
Yang datang
Melekat
Dan tak hilang
Melewati jalan berdebu
Yang tertiup angin
Dan melekat
Di kakiku, di tanganku, di tubuhku
Setiap pandangan mataku
Menatap alam berdebu
Yang mengelilingi tubuhku
Dan mengotori
Rambutku, kulitku, pakaianku
Setiap perjalanan waktuku
Dipenuhi masa berdebu
Yang datang
Melekat
Dan tak hilang
sumber: bunga rampai IV